pada tanggal
berita terkini
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Ayam Geprek Makan Trending Dimasa Pandemi
Siapa yang tak suka maem
ayam geprek. Selain bumbunya sederhana, mayoritas harga pas di kantong. Fakta
itu, memicu banyak restoran ayam geprek bermunculan. Yang jadi pertanyaan,
apakah itu hanya tren sesaat?
Nabs, di Bojonegoro
kota aja, ada banyak restoran yang menyajikan berbagai varian ayam geprek.
Istilahnya, ayam geprek rasa-rasa.
Mulai dari yang
franchaise nasional (Bensu, Sai) hingga yang lokalan (Geprek Alu, Pakdhe Alu
dan Nano), semua ada di Bojonegoro.
Belum lagi, banyak
pula restoran yang sebelumnya tak menyediakan menu ayam geprek, kini mulai ikut
menyediakan menu tersebut.
Sejumlah rumah makan
lain juga menyediakan menu geprek. Rocket Chicken, Hits Chicken, Quick Chicken,
Chicken Crush, misalnya, kini juga mulai menyediakan menu ayam geprek.
Nabs, tahu nggak,
ayam geprek merupakan bukti bahwa masakan mengalami evolusi. Makanan berbasis
ayam, sebelumnya identik ribet dan mewah.
Dan ayam geprek,
mampu menghadirkan jenis masakan berbasis ayam nan sederhana, tapi terbukti
diminati. Bahkan cenderung terus dicari konsumen.
Pengusaha dan
praktisi branding, Mustagfirin menjelaskan, bermunculannya usaha ayam geprek,
memang menunjukkan bahwa jenis makanan ini diminati masyarakat.
Kebutuhan ayam
geprek, kata dia, cukup tinggi. Ini terjadi tidak hanya di Bojonegoro. Tapi di
berbagai kota yang lain juga sama.
“Kebutuhannya cukup
tinggi. Karena banyak yang cocok. Baik dari rasa maupun harga,” kata pria akrab
disapa Baim tersebut.
Baim mengatakan,
fenomena ayam geprek tidak sama seperti es kepal milo, capucino cincau ataupun
es pocong yang cenderung cepat berlalu.
Ayam geprek,
menurutnya, lahir dari kebutuhan. Terlebih, adanya kecocokan rasa dan harga.
Ayam geprek cenderung pedas dan asin. Itu cocok bagi lidah remaja. Ditambah
lagi, harganya terjangkau.
“Ayam geprek ini
solusi anak muda. Makanan sederhana, murah dan pedas. Dan ini terjadi di
seluruh Indonesia,” ucap dia.
Lebih dalam Baim
menjelaskan, banyaknya kebutuhan akan memicu semakin banyak pula usaha berbasis
ayam geprek. Nah, jika sudah begitu, kata dia, tentu terjadi persaingan.
Pada tahap
persaingan inilah, ada seleksi alam. Yang tidak survive akan menghilang. Dan
yang survive, kata dia, adalah yang solutif. Maksudnya, menghadirkan solusi dan
kemudahan bagi konsumen.
“Mulai dari
packaging, inovasi dan mudah akses dan prosesnya,” tuturnya.
Tanpa adanya solusi
yang ditawarkan, usaha akan gulung tikar. Sebab, persaingan diprediksi semakin
banyak, di tengah kian meningkatnya kebutuhan akan makanan tersebut.
Maka, tidak heran
jika penjual ayam geprek berbasis delivery order (DO) yang tanpa restoran pun,
tetap bertahan. Sebab, dia menawarkan solusi kemudahan.
Komentar
Posting Komentar